6 Keunikan Museum Rajekwesi Bojonegoro yang Jarang Diketahui Wisatawan

museum rajekwesi bojonegoro

Jika kamu sedang merancang liburan dengan nuansa sejarah dan edukasi di Jawa Timur, maka Museum Rajekwesi Bojonegoro adalah pilihan yang wajib kamu pertimbangkan. Terletak di pusat kota Bojonegoro, museum ini tidak hanya memamerkan koleksi sejarah, tapi juga menjadi pusat budaya yang aktif dan hidup.

Banyak orang mengira museum ini hanya tempat penyimpanan benda-benda kuno, padahal ada keunikan-keunikan tersembunyi yang jarang diketahui wisatawan. Di tahun 2025 ini, Museum Rajekwesi bahkan sedang melakukan transformasi besar-besaran menuju digitalisasi dan pelibatan generasi muda.

Berikut ini 6 keunikan Museum Rajekwesi Bojonegoro yang membuatnya layak kamu kunjungi, apalagi jika kamu pencinta budaya, sejarah lokal, dan eksplorasi tempat anti-mainstream.

6 Keunikan Museum Rajekwesi Bojonegoro yang Jarang Diketahui Wisatawan

1. Ruang Baru: Galeri Digital “Bojonegoro Tempo Doeloe”

Mulai awal tahun 2025, museum ini menambahkan ruang baru bernama Galeri Digital “Bojonegoro Tempo Doeloe”, sebuah inovasi berbasis teknologi Augmented Reality (AR). Di ruangan ini, pengunjung dapat menggunakan tablet interaktif untuk melihat Bojonegoro di masa lalu dalam format 3D.

Misalnya, kamu bisa melihat bagaimana Pasar Legi Bojonegoro pada tahun 1920, atau kondisi Sungai Bengawan Solo sebelum dibangun jembatan besar. Pengalaman ini sangat menarik untuk semua usia, terutama generasi muda yang lebih terbiasa dengan interaksi digital.

Berbeda dari museum konvensional, Museum Rajekwesi Bojonegoro mengadopsi teknologi digital yang interaktif. Menurut Dwi Prasetya, S.S., M.Hum, kurator utama museum, “Kami tidak hanya menyajikan koleksi, tetapi juga pengalaman. Pengunjung bisa menelusuri perjalanan sejarah melalui layar sentuh, audio-visual, dan QR Code yang terhubung ke arsip digital.”

“Saat pertama kali masuk ke Galeri Digital, saya merasa seperti kembali ke masa lalu,” kata Sita Rachmawati, mahasiswa sejarah dari Universitas Bojonegoro yang mengikuti kunjungan edukatif pada Februari 2025.

2. Koleksi Arkeologi Eksklusif dari Situs Sumur Gumilang

Museum Rajekwesi Bojonegoro juga baru-baru ini mendapatkan izin eksklusif untuk menampilkan beberapa artefak dari Situs Sumur Gumilang, salah satu situs purbakala yang ditemukan di selatan Bojonegoro pada 2023 lalu.

Beberapa benda yang dipamerkan meliputi pecahan keramik Tiongkok abad ke-14, senjata perunggu, dan manik-manik dari masa pra-Islam. Ini menjadikan museum ini sebagai satu-satunya tempat yang secara resmi menyimpan peninggalan dari situs tersebut. Bekerja sama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Museum Rajekwesi menyimpan sejumlah artefak asli yang ditemukan dari:

  • Situs Sumur Gumilang, peninggalan era Kerajaan Majapahit

  • Gerabah khas Desa Maja, dengan ornamen geometris yang sudah langka

Situs ini baru ditemukan kembali pada 2022 dan dipastikan sebagai salah satu sumber sejarah Bojonegoro paling awal oleh tim arkeologi dari Universitas Airlangga.

3. Program Edukasi “Sehari Jadi Kurator” untuk Pelajar

Museum Rajekwesi tidak lagi sekadar tempat kunjungan singkat. Sejak Maret 2025, mereka meluncurkan program interaktif bernama “Sehari Jadi Kurator”, ditujukan untuk pelajar SMP dan SMA.

Dalam program ini, siswa diberi tugas untuk memilih satu koleksi, meneliti sejarahnya, dan mempresentasikannya seperti seorang kurator sungguhan. Tujuannya bukan hanya mengenalkan sejarah, tapi juga membangun keterampilan berpikir kritis, public speaking, dan riset.

Program ini sudah berjalan dengan 12 sekolah di Kabupaten Bojonegoro dan mendapat respon positif dari Dinas Pendidikan setempat. Museum ini juga punya program edukasi unggulan, seperti:

  • “Rajekwesi Virtual Tour”: kunjungan digital interaktif untuk sekolah-sekolah

  • “Jejak Sejarah di Balik Nama Jalan”: kegiatan keliling kota untuk mengenal tokoh lokal

  • “Kelas Museum”: pelatihan menulis sejarah lokal, membuat peta budaya, hingga membuat mini-eksibisi

Semua program ini didukung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro, dan sebagian dibiayai dari dana CSR perusahaan lokal.

4. Perpustakaan Mini Sejarah Bojonegoro

Keunikan keempat dari museum rajekwesi bojonegoro adalah keberadaan perpustakaan mini yang jarang diketahui pengunjung. Perpustakaan ini menyimpan berbagai dokumen langka seperti arsip kolonial, laporan pembangunan infrastruktur zaman Belanda, hingga surat kabar lokal dari era 1950-an.

Pada Februari 2025, museum juga menambahkan koleksi digital yang bisa diakses lewat kode QR oleh pengunjung. Ini merupakan bentuk komitmen museum dalam menyediakan akses informasi sejarah yang luas, bahkan bagi peneliti muda atau mahasiswa.

5. Kolaborasi Budaya dengan Komunitas Lokal

Museum Rajekwesi juga aktif mengadakan kolaborasi budaya bersama komunitas lokal, termasuk seniman, pegiat sejarah, hingga pelestari bahasa Jawa kuno. Salah satu acara terbarunya adalah “Malam Budaya Rajekwesi” yang digelar setiap Sabtu malam terakhir di bulan.

Dalam acara ini, pengunjung bisa menikmati pertunjukan wayang, musik tradisional, hingga pameran karya seni dari pelajar lokal. Yang menarik, semua acara ini diadakan di pelataran museum yang diubah menjadi panggung terbuka—membaurkan seni, sejarah, dan komunitas dalam satu ruang.

Salah satu keunikan yang jarang diketahui adalah museum ini aktif bekerja sama dengan Komunitas Sejarah Rajekwesi, kelompok relawan lokal yang rutin menyumbangkan dokumen, arsip keluarga, hingga cerita lisan. Menurut Ketua Komunitas, Fauzan Ali, “Kami ingin menjadikan museum ini sebagai ruang hidup, bukan ruang mati. Semua generasi punya kontribusi dalam menjaga ingatan kolektif ini.” Museum ini juga rutin menggelar diskusi budaya, pelatihan menulis sejarah lokal, hingga program “Sehari Menjadi Kurator” untuk pelajar.

Baca juga: 5 Spot Favorit Pengunjung di Museum Brawijaya untuk Foto Keren

6. Arsip Visual “Jejak Rakyat Bojonegoro”

Keunikan terakhir dan paling menyentuh adalah koleksi arsip visual bertajuk Jejak Rakyat Bojonegoro. Koleksi ini berisi foto-foto kehidupan masyarakat Bojonegoro dari tahun 1900-an hingga awal 2000-an yang dihimpun dari warga secara sukarela. Museum ini menyimpan koleksi foto Bojonegoro tahun 1900-an, surat kabar berbahasa Belanda, serta dokumen resmi dari zaman Hindia Belanda—yang semuanya telah dikurasi dengan rapi.

Salah satu koleksi paling menarik adalah foto panen padi massal tahun 1937 di Desa Kanor. Foto tersebut memperlihatkan iring-iringan kerbau dan alat pertanian tradisional, menjadi simbol betapa kuatnya ikatan masyarakat Bojonegoro dengan agrikultur.

“Foto-foto ini sangat emosional karena saya berasal dari keluarga petani. Seakan saya melihat leluhur saya sendiri,” ujar Arif Sugianto, pengunjung asal Kecamatan Kapas.

Inisiatif ini mulai aktif sejak akhir 2024 dan kini sudah mengumpulkan lebih dari 1.200 foto bersejarah, termasuk dokumentasi langka seperti:

  • Rombongan pawai kemerdekaan 17 Agustus 1950
  • Foto pernikahan adat khas Bojonegoro tahun 1935
  • Kegiatan panen padi di era 1960-an

Arsip ini menjadi jendela untuk memahami kehidupan sehari-hari masyarakat di masa lampau secara humanis dan personal. Yang unik, pengunjung juga diperbolehkan menyumbang foto dari keluarga mereka agar menjadi bagian dari koleksi ini.

Museum Rajekwesi Bojonegoro: Simbol Masa Lalu dan Harapan Masa Depan

Dengan segala inovasi dan keunikan di atas, jelas bahwa Museum Rajekwesi Bojonegoro tidak bisa dipandang sebagai museum konvensional. Ia adalah ruang hidup yang terus berkembang, merangkul teknologi, pendidikan, seni, dan partisipasi publik.

Bagi wisatawan, museum ini menawarkan pengalaman yang autentik dan mendalam. Bagi warga Bojonegoro sendiri, museum ini adalah penjaga memori kolektif yang membantu mereka memahami jati diri sebagai bagian dari perjalanan sejarah panjang bangsa ini.

Tips Berkunjung

  • Jam buka: Selasa–Minggu, pukul 08.00–16.00 WIB
  • Tiket masuk: Gratis (donasi sukarela disediakan)
  • Fasilitas: Ruang laktasi, musala, toilet bersih, taman baca
  • Lokasi: Jalan Pattimura No.19, Bojonegoro Kota (dekat Alun-Alun Bojonegoro)
  • Waktu terbaik berkunjung: Pagi hari atau Sabtu malam saat ada acara budaya

Kesimpulan

Museum Rajekwesi Bojonegoro adalah bukti bahwa sejarah tak melulu soal masa lalu yang usang. Ia bisa hidup, berkembang, dan menginspirasi jika dirawat dengan cinta dan inovasi.

Jadi, saat kamu berkunjung ke Bojonegoro, jangan hanya mampir ke pusat kota atau kuliner. Luangkan waktu untuk menyusuri lorong-lorong penuh cerita di Museum Rajekwesi Bojonegoro—karena di sanalah kamu akan bertemu masa lalu yang akan membuatmu lebih memahami masa kini dan masa depan.

Share to

artama

halo saya artama, selamat datang di website saya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *